Sunday, March 27, 2016

Gara-gara Sepak Bola, Jadi Tau Apa Itu ‘Daylight Saving Time’



Seminggu yang lalu gue liat jadwal El Clasico tanggal 3 April 2016 pukul 02.30 dini hari. Pas kemaren ngecek Twitter ternyata jadwalnya berubah jadi pukul 01.30 dini hari. Pas gue cek lagi ternyata jadwal di beberapa liga di Eropa sama juga. Ada perubahan jam tayang, yakni maju satu jam lebih awal. Gue pikir ini fenomena apaan, kenapa tiba-tiba jadwal di beberapa liga tsb berubah. Setelah gue cari tau ternyata itu adalah fenomena yang namanya Daylight Saving Time.

Apa itu DST (Daylight Saving Time)?
Jadi DST itu semacam perubahan zona waktu di beberapa negara di dunia. Eropa, Amerika Utara, Kanada, sebagian Afrika, dan Australia. Berdasarkan ketentuan pemerintah setempat, beberapa negara ini merubah zona waktu menjadi maju atau mundur satu jam. Ya! Bagi negara-negara yang beriklim subtropis yang memiliki empat musim ini (kecuali Jepang, Korea, dan Cina yang tidak pernah menerapkan DST) pemerintah punya kebijakan untuk merubah zona waktu tersebut.

Tujuannya apa?
Tujuan dari negara tersebut menerapkan DST adalah untuk menyesuaikan aktivitas sehari-hari seperti sekolah, bekerja, atau aktivitas lain yang mungkin hanya bisa dilakukan saat terang. Karena berbeda dengan negara-negara yang dilalui khatulistiwa seperti kita, di mana porsi waktu siang dan malam itu lebih merata setiap hari dan setiap tahunnya. Jadi gak perlu lah penerapan DST. Walaupun beberapa negara tetangga kita seperti Malaysia dan Singapura ‘pernah’ menerapkannya.

Terus kapan DST dimulai?
DST berlaku saat memasuki musim semi dan musim panas. Dan biasanya dilakukan pada hari Minggu pukul 02.00 dini hari (namun ada beberapa negara juga yang memulainya pada pukul 01.00). Jika seharusnya setelah pukul 01.59 adalah pukul 02.00, namun pada waktu tsb langsung beranjak pukul 03.00. Dan pada saat akan kembali ke waktu normal, pukul 02.00 terjadi dua kali. Yaitu saat pukul 02.59, kembali lagi ke pukul 02.00.

Gue jadi inget, baru kemaren gue nerangin materi Revolusi Bumi di kelas 6. Kalian masih inget kan Revolusi Bumi menyebabkan apa? Perubahan musim. Betul. Di situ juga dijelasin waktu perubahan musim di bumi belahan utara dan selatan. Dan memang sinkron, apa yang gue dapet dari browsing tentang DST dengan apa yang ada di buku bahwa bulan Maret ini sudah memasuki musim semi untuk bumi di belahan utara.
Tanggal
Belahan Utara Bumi
Belahan Selatan Bumi
21 Maret – 21 Juni
21 Juni – 23 September
23 September – 22 Desember
22 Desember – 21 Maret
musim semi
musim panas
musim gugur
musim dingin
musim gugur
musim dingin
musim semi
musim panas

Penjelasan yang rada ‘ilmiah’nya cukup segini aja, karena gue nulis ini memosisikan diri bukan sebagai guru, tapi sebagai penggila bola (tapi gak sampe gila beneran). Maka dari itu, mari kita lanjutkan gilanya. Loh!
Jadi gue sekarang paham kenapa jadwal La Liga (Spanyol) berubah satu jam lebih awal. Yang biasanya perbedaan waktu antara Indonesia – Spanyol itu enam jam. Sekarang jadi lima jam. Awalnya laga El Clasico itu tanggal 2 April 2016 pukul 20.30 waktu setempat (Spanyol), di Indonesia-nya tanggal 3 April pukul 02.30 dini hari. Sekarang jadi pukul 01.30 dini hari. Oh I see. Ke mana aja gue selama ini. Hahaha

Can’t wait for El Clasico
Visca Barca!

Sunday, January 3, 2016

Mati Gaya di Taman Bunga

Udah dari kapan gue ngebet banget pengen ke Taman Bunga di Bogor. Selain pengen menikmati keindahan bunga-bunga di sana, juga pengen menghirup udara yang belum tercampur dengan nafas-nafas orang munafik *eeh out of topic Hehe
Ya, apalagi kalo bukan mau motret. Tapi sayang seribu sayang, pas udah nyampe sana mood buat motretnya ilang. Ada beberapa faktor yang bikin mood gue waktu itu tiba-tiba ilang. Pertama, rute menuju Taman Bunganya di luar dugaan gue. Dari beberapa blog yang gue baca, jarak dan lama perjalanan dari Terminal Baranangsiang ke Taman Bunga itu hanya sekitar satu jam dan dengan rute yang gak terlalu berliku (hanya sekali naik angkot). Kenyataannya, dari Baranangsiang ke Taman Bunga itu harus tiga kali naik angkot dengan jarak yang bisa dibilang jauh banget yah karena memakan waktu hampir tiga jam. Bayangin coba, mana ujan pula. Sempet keujanan di Branangsiang. Nyampe Taman Bunga jam setengah dua kurang. Dengan kondisi capek dan perut kosong. Start dari rumah jam 6 pagi, makanya belum sempet sarapan.
Jam setengah dua baru sampe, dan rencana pulang dari TKP itu jam 4-an. Apa yang bisa gue harepin dengan waktu yang sempit itu? Sedangkan itu tempat luasnya hektaran. Zzz


Selain lelah, perut kosong, dan waktu yang sempit itu, faktor kedua adalah karena gak ada modelnya buat gw foto. Biasanya kalo pergi ke mana, ada temen gue yang bisa dijadiin model sebagai objek foto selain memanfaatkan background yang ada. Waktu ke sana gue emang gak sendirian sih, tapi sama dua orang temen gue, tapi dua-duanya cowok. Ahelah kalo cowok mana bisa diandelin suruh gaya ini-itu. Lagian itu orang berdua gak fotogenic *eeh Hahaha semoga orangnya gak baca.



Sebenernya gak masalah sih fotogenic atau nggak, tapi intinya saat itu mood gue ilang. Jadi motret pun alakadarnya. Setidaknya file dan beban kamera yang gue bawa gak sia-sia. Alhasil, beberapa fotonya kurang memuaskan hasrat gue :(  Dan saking malesnya motret, muka gue yang lebih banyak nongol di frame dapet si kawan yang jepret.












Ada sih sebenernya faktor terakhir yang bikin mood gue lost gitu aja. Kalo gue bilangin, pasti dibilang gue ini adalah orang pelit. Yaitu, gara-gara HTM dan ongkos. Ya! Harga tiket masuk hasil gue searching berkisar belasan ribu (10-15ribu). Nah ini ternyata 30ribu. Ongkos pun yang kita perkirakan hanya 15ribu dari Baranangsiang ke TKP. Ternyata lebih dari itu. Kita bertiga sempet narik-ulur apakah mau tetep masuk atau nggak. Tapi kepalang udah sampe, dengan perjalanan yang cukup jauh dan melelahkan, juga diterpa hujan badai, juga yang berat di ongkos, masa iya kita balik begitu aja. Gak lucu kan. Hahaha
Kita (atau mungkin gue doang) yang berbudget oriented, senantiasa berprinsip, bepergian dengan budget serendah mungkin tapi mau kepuasan yang maksimal. Uugh..

Untung keindahan dan udara di sana bagus banget. Jadi nikmatin aja. Selama perjalanan menuju puncak pun disuguhkan dengan pemandangan yang indah, hijau dan menyejukkan mata. Worth it.

Sebagai informasi tambahan, gue tulis rute dan tarif ongkos dari Serang ke Taman Bunga Nusantara:
Terminal Pakupatan - Terminal Kp. Rambutan (Bus Prima Jasa atau Arimbi) : Rp. 28.000
Terminal Kp. Rambutan - Terminal Baranangsiang Bogor (Bus) : Rp. 10.000
Terminal Baranangsiang - Sekitar Mesjid Atta Awun (Naik Elf atau biasa disebut Kolmini) : Rp. 25.000
Mesjid Atta Awun - Pertigaan GSP Cipanas (Angkot) : Rp. 6.000
Pertigaan GSP Cipanas - Taman Bunga Nusantara (Angkot) : Rp. 5.000
Harga Tiket Masuk : Rp.30.000

Rute pulang sama. Kecuali dari Mesjid Atta Awun bisa langsung naik bus menuju Terminal Kp. Rambutan. Tanpa singgah di Terminal Baranangsiang.

Sekian.
Terima Kasih.

Motret Pake Instinct atau Teknik?

Awal tahun ada baiknya nge-review beberapa foto hasil jepretan gw sebelumnya.
Sebelum gw tau apa itu noise, apa itu fokus, terus diafragma, ISO, shutter speed, ini-itu macem-macem dan apa keterkaitan antar semuanya itu. Motret ya motret aja. Mau motret kok repot?!
Saat pertama kali gw mulai suka dengan motret-memotret, ya gak pernah mau diribetin dengan segala macem teknik memotret. Harus setting ini setting itu. Gw pikir, motret ya cukup pake instinct aja. Sudah. Begitu liat momen yang pas, atau ada spot yang tepat, biasanya naluri dan imajinasi di kepala mulai liar, dan itu harus cepat dituangkan dalam bentuk memotret tadi. Tinggal eksplor cari angle yang tepat, jepret! Selesai.

Tapi seiring berjalannya waktu, beberapa hasil jepretan kadang kurang memuaskan, seringnya tidak sesuai dengan apa yang ada di imajinasi gw. Akhirnya mau gak mau belajar donk. Mulai beli bukunya, mulai sering browsing, sering nanya juga ke kakak gw yang notabene berprofesi sebagai wedding photographer. Yaelah, gw ke mana aja hari gini gw baru belajar ke kakak gw. Tapi ya itu sih karena gw baru suka motretnya setahun belakangan ini, dan gak mau ribet pula.
Jadi, intinya sih sekarang lebih suka yang manual, kayak ada kepuasannya tersendiri gitu saat ngotak-atik settingan biar pas. Tapi ya belum jago-jago amat sih, baru tau basicnya aja. Paling dasar banget dari teknik memotret, yaitu paham segitiga eksposur. Ahelahhh masih cetek banget ilmu gw. Hahahah Tapi walopun sedikit, kalo gak pernah belajar ya gak pernah tau ya, kan? *iyain aja biar cepet*
Ini beberapa contoh, the most favorite photo yang bermetamorfosis mulai dari yang jepretnya cuma ngandelin instinct doank, sama yang 'agak neknik' (pake teknik yg gak seberapa itu).

Ini salah satu foto favorit gw yg belum neknik. Waktu itu kepuasannya karena ada pantulan lampu dari kendaraan ke aspal jalan. As you know, gw suka bgt sama kondisi aspal jalan raya yang basah terkena air hujan, trus ada pantulan cahaya lampu di dalamnya. Romantis baper-baper gimana gitu *apasih*. Dan (menurut gw) ini kesannya kayak foto di Eropa-Eropa gitu. Wkwkwk ya kali Eropa. Jakarta punya, samping Stasiun Kota.

The second one. Sekilas sih ini foto gak ada cacat. Malah bisa dibilang epic banget lah. Gw pikir juga seperti itu. Tapi setelah agak paham, ternyata itu foto noise'nya parah banget. Tapi ya udahlah.
(Lokasi: Kuala Lumpur. Talent: Devi)

Ini gak neknik, cuma pake instinct. Jepret! Ternyata hasilnya amazing! Minim noise!
(Lokasi: KLCC)

Yang ini juga, mayan kece. Kalo bisa dieksplor mungkin background kalo dibikin sedikit blurry bisa lebih kena. (Lokasi: Museum BI, Jakarta. Talent: Olyvia)

Dari sekian banyak jepretan, cuma ini yang agak oke. Duh! Sayang banget padahal lokasinya udah kece hijau-hijau. Coba kalo waktu itu udah bisa setting manual. Pasti bisa dapet banyak yg bagus. Zzzz
(Lokasi: Kebun Raya, Bogor. Talent: Kiki)

Blurry...blurry ...
(Lokasi: Jalan Raya)

Ini bulb pertama kali yang gw coba. Agak rempong kalo motret biar dapet efek bulbnya gini mesti pake tripod. Waktu itu pake monopod jadi agak goyang sedikit, kalo diperhatiian agak ngeblur.
(Lokasi: JPO Alun-alun, Serang)

Close Up! Closed enough.
(Lokasi: Jalan Asia Afrika, Bandung. Talent: Nia)

Kalo yang ini sudah agak tau teknik eksposur itu yah. Jadi foto ini udah mulai otak-atik settingan. Hasilnya yahh :D
(Lokasi: Uluwatu, Bali)

Motret spot ini beberapa kali dengan settingan yang berbeda. Hasilnya yg agak dapet efek siluetnya yg ini. Belum dapet banget sih. Tapi makin ke sini agak sedikit tau biar dapet efek siluet itu gimana. Ntar ada di foto berikutnya.
(Lokasi: Uluwatu, Bali)

Sunrise.
(Lokasi: Cirebon)

Satu lokasi dengan foto di atas. Memanfaatkan sinar matahari yang baru terbit.

I know how to make a silhouette.Yeay!
(Lokasi: KP3B, Serang. Talent: May)

Sunset.
(Lokasi: KP3B, Serang)

Reflection.
(Lokasi: Mesjid Istiqlal, Jakarta)

Uugh! Suka banget dengan angle yang ini. Seolah-olah ada di suatu tempat di mana gitu. Padahal ini lokasinya di bekas empang yang bisa dibilang nggak banget lah,  ini tempat bau amis ikan. Tapi hasilnya kayak ada di suatu negeri antah-berantah. Hahaha
(Lokasi: Karangantu, Serang. Talent: Ulie)

Masih di lokasi yang sama. Bekas empang.

(Lokasi: Hutan Mangrove STP, Banten. Talent: Ulie)

Another silhoutte.
(Lokasi: Gudang Peti Kemas, Kragilan. Talent: Nita & Dzaky)

Gak lengkap kalo yang motretnya gak ikutan eksis. Karena yang motret juga manusia, wajar kalo terkadang kita ingin ada di dalam frame foto tsb. Walopun hasilnya miring-miring begini, ya namanya juga 'The Power of Self-Timer'  gak ada ganjel yang pas buat naro kameranya. Hiiks
(Lokasi: Gudang Peti Kemas, Kragilan-Serang)

Inti dari tulisan ini adalah sederhana, kalo mau motret ya motret aja. Mau sekedar cuma ngandelin instinct doang atau pake teknik yang selangit itu pilihan, tergantung selera masing-masing. Mau motret di tempat yang emang udah epic banget atau mau di tempat yang 'nggak banget' pun terserah. Terus memotret. Salam jepret!

Sunday, November 22, 2015

Seperti Barca yang Mulai 'Nyaman' Tanpa Messi

Dari gambar ilustrasi di atas, sudah cukup mendeskripsikan apa yang sedang gue lakuin sekarang. Gak ke mana-mana juga, cuacanya agak sedikit redup untuk ukuran jam 10 siang. Jadi enak banget buat sekedar leha-leha di dalem kamar. Nyalain laptop konekin hotspot, surfing sudah. Duduk di depan jendela kamar, sambil liatin tanaman ijo-ijo yang mulai tumbuh di teras rumah yang luasnya gak seberapa itu. Gak lupa seduh kopi dulu. Jadi keinget tag-line nya seorang blogger- jurnalis yang bilang, “Berapa pun rejeki yang kita dapat, mari rayakan dengan segelas kopi.” Cakep. Tapi gue gak lagi merayakan apa pun sebenernya. Ngopi ya ngopi aja. Ngomong-ngomong soal ‘Perayaan’, semalem perayaan Barca yang menangi El Clasico jadi trending topik nomer wahid di jagat planet ini. Wuuiih (tepuk tangan dulu lah). Akhirnya musim ini ada yang bisa ngebombardir Santiago Bernabeau dengan skor telak. Kalo musim lalu Madrid digdaya saat menjamu Barcelona di kandangnya, kali ini sebaliknya.
Dua dari Trisula Maut el Barca, Neymar dan Suarez membuat Barca unggul di paruh pertama. Mereka berdua beberapa pekan ini rajin membuat gol sejak Messi absen dari lapangan hijau. Entah ini sinyal baik kah atau buruk apabila kemudian timbul pertanyaan,” Apakah Barca mulai nyaman tanpa Messi?”
Tapi ya udah sih yah, yang penting menang.
Euforia El Clasico bertambah saat Messi masuk ke lapangan setelah beberapa menit paruh kedua mulai untuk menggantikan Rakitic. Walopun pada kesempatan ini Messi tidak menjebol gawang, tapi dia beberapa kali melakukan tembakan ke arah gawang.
Selain itu, ada yang unik dari El Clasico kali ini. Yaitu, Supporter Madrid. Ya! Supporter Madrid! Tapi bukan tentang ekspresi muka lesu mereka loh yah. Melainkan standing ovation yang mereka berikan kepada Andres Iniesta saat keluar lapangan yang digantikan oleh Munir. Menurut gue, (entah) mungkin ini bentuk hormat mereka kepada Iniesta sebagai pemain senior Tim-Nas Spanyol (mungkin). Karena biasanya kan supporter menyoraki pemain rivalnya. Atau sesama supporter saling baku hantam. Biasanya kan yang heboh itu supporternya. Pemainnya mah anteng aja. Supporter Barca-Madrid saling bully, padahal Messi-Ronaldo nya mah gak sepanas supporternya. Biasa aja. Supporter Persij*-Pers*b saling lempar mantan. Yang Pro Jokowi - Pro Prabowo saling bersitegang di media sosial, saling adu jotos, rame. Yang heboh pendukungnya. Termasuk gue sih. wkwkwk bahas apa sih ini. Tapi salut lah buat Madridista yang di Bernabeau. Football respect. Selain laga El Clasico, semalem juga ada big-match antara Manchester City kontra Liverpool. Sebagai fansnya Barcelona, gue juga suka beberapa klub di Premier League. Cuma sekedar suka doang sih, gak sampe sayang, apalagi sampe ingin memiliki. Nggak.
Beberapa musim lalu di BPL, gue suka dengan Manchester City. Tapi semenjak kedatangan Sterling, jadi males gitu. Tapi setelah ngontrak De Bruyne, jadi seneng lagi sama Man. City. Begitu denger, Edin Dzeko dipinjamkan ke AS Roma, dan Milner dibuang ke Liverpool jadi males lagi deh. Gitu aja terus sampe .................. (yang baca tolong isi sendiri, tp yg lucu). *males bikin punchline biar gerrrnya berantakan*
Sebagai pecinta salah satu klub La Liga, tapi gue terima kenyataan kalo Premier League itu lebih seru, lebih dramatis, dan lebih anu. Apalagi semenjak kedatangan Klopp ke Liverpool. Memphis dan Bastian Schnwewesenweger (maap sengaja typo, abis yg gue inget nama ujungnya ada Gerr.Gerr nya gitu) ke MU. Wuih makin seru aja ini liga. Selain itu ada The Special One yang membiarkan ‘Bus’ nya tetap di parkiran. Gak jalan-jalan. Hehehe
O iya, ada yang terlupakan dari big-match semalem. Laga Bayern Muenchen kontra Schalke. Tapi ya udah lah yah. Tanpa kita perbincangkan pun udah tau klub mana yang bakal menang. Mungkin karena dominasi Munchen yang sudah teramat sangat di atas langit itu bikin kompetisinya (mungkin) membosankan. Seolah-olah musim belum usai pun kita udah tau “Siapa yang jadiiiiiii ...juaranya...”.
Anyway, seiring jarum jam yang terus berputar, perut yang mulai meminta hak nya, dan gelas kopi yang tadinya terisi penuh kini mulai kosong, kayak hati gue. Apasih. Leha-leha Minggu ini harus disudahi. Yang harus selalu kita ingat adalah bahwa bola itu bundar, tapi saat kaki berpijak di lapangan (tanah), apa pun bisa terjadi. Biasakan dirimu tidak bergantung pada orang lain. Seperti Barca yang mulai nyaman tanpa Messi. *apa coba*
Gue Wida, terima kasih. *ala-ala stand up comedyan*

Thursday, May 28, 2015

Itinerary Bali 4D3N

Baru pulang dari Bali setelah ngetrip selama 4 hari (23-26 Mei 2015). Mumpung ingatan gw masih anget, jadi mending langsung nulis ajah  sebelum penyakit lupanya dateng.
Sebulan sebelum keberangkatan, kita (gw dan temen gw 4 orang) udah nyusun itinerary donk pastinya. Sekitar ada sembilan atau sepuluhan tempat yang bakal kita kunjungi hasil dari googling tempat yg asik buat dikunjungi. Tapi, ternyata pas waktunya di sana (pas hari pertama, hasil rembukan dg driver rental mobil yg kita sewa selama di sana) ada satu tempat yg gak bakal bisa dikunjungi krn masalah waktu yg mepet. Yaitu Monkey Forest. Ya! Monkey Forest terpaksa di'blacklist' dari itinerary kita. Tapi gak masalah, karena dg dicoretnya Monkey Forest dari itinerary, tempat yg dikunjungi makin banyak. Sekitar dua belasan tempat yg kita kunjungi selama 4 hari itu. Lagian gw gak pengen2 bgt ke Monkey Forest. Jiper gw kalo ngeliat monyet. Hehehe
Langsung capcuuss....
**Zona Waktu Indonesia Tengah

Hari Pertama
18.00 : Landed @Ngurah Rai. Langsung cari travel yg antar kita ke homestay. Akhirnya dapet travel dg tarif Rp. 90.000 (bandara ke homestay). Homestay nya di Kubu Anyar, Kuta. Klik di sini buat liat rekomendasi hotel murah di Bali.
20.00 : Jalan ke Beach Walk Mall
21.00 : Jalan kaki menyusuri Jl. Legian menuju Tugu Bom Bali
22.00 : Jalan kaki pulang menuju homestay dan sempet nyasar (harusnya waktu tempuh sekitar 20 menitan, jadi hampir satu jam). Hahaha

Hari Kedua
09.00 : Parasailing di Tanjung Benoa Watersport. Tiket parasailing Rp. 150.000/org. Pinter-pinter nego. Tepat bgt kalo dateng ke sini pagi-pagi, karena agak siang dikit udah rame orang.
10.00 : Nusa Dua Bali (gratis). Untuk mengisi kekosongan sebelum menuju destinasi berikutnya. Lumayan spotnya cukup bagus buat foto-foto.
10.30 : Nusa Peninsula Island *gratis*. Jaraknya gak jauh dari Nusa Dua bali.
Untuk menuju pantainya, jalan terus ke belakang dari tugu yg di atas itu. Ini dia penampakan pantainya. Banyak yang surfing di situ.

11.00 : Pantai Pandawa *gratis*
Selain pantai, di Pantai Pandawa juga terdapat patung-patung besar dari tokoh-tokoh pewayangan seperti Arjuna, Nakula, Sahadewa, terus eehm ..*tiba-tiba lupa* Hehehe
13.00 : GWK. Di GWK ini terdapat patung besar (sepertinya ikon tempat ini). Tapi kita gak masuk ke dalamnya karena tiketnya cukup mahal sekitar 50-90ribuan. Hehehe Walopun begitu kita masi bisa foto dari luar dan keliatan patungnya karena ukurannya yg gede bgt.
14.00 : Uluwatu. Nah! Ini dia yang gw tunggu-tunggu, ke Uluwatu liat pemandangannya yang cihuy sama pertunujukkan Tari Kecaknya.

Masuk ke Uluwatu dikenai tiket Rp. 15.000/org. Kalau mau liat pertunjukkan Tari Kecak, tiketnya lain lagi. Dijual terpisah seharga Rp. 100.000. Tapi yakinlah, dengan harga tiket segitu emank worth it. Pertunjukkan tari di alam terbuka, di atas ketinggian, dengan hamparan laut  luas, suguhan warna oranye langit dari matahari yg akan singgah diperaduannya menambah hangat suasana, mencipta siluet saat mata kamera mulai membidik objek-objek di dekatnya. Ratusan penonton dari berbagai suku bangsa dari berbagai belahan dunia memadati panggung arena terbuka merupakan momen yang sempurna untuk menutup hari. Hahahaha kenapa gw jadi mengarang bebas :D
Untuk tiket kecak dibuka sekitar jam 5an. Dari pintu masuk Uluwatu menuju panggung terbuka ini jalannya cukup jauh dan menanjak. Tapi gak berasa capek karena pemandangan selama di jalannya kece bgt. Jalan dikit, foto. jalan dikit, foto. Dan kalo diperhatiin, jalan menuju panggung terbukanya itu ada tembok pembatas dan anak tangga mirip tembok Cina :D
Beli tiket agak rebutan juga kali yah. Makanya jangan keenakan foto-foto, ntar tiketnya ludes. Atau kalopun dapet bakal terakhir, gak enak, gak bisa milih tempat duduk yg pas buat ambil gambar saat sunset dan pertunjukan dimulai.


20.00 : Karena udah seharian ngebolang, jadi kita putuskan untuk ngandang pulang.

Hari Ketiga
05.30 : Pantai Kuta.

Ini kejadian konyol banget. Kita sengaja bangun dan pergi lebih pagi dan belum mandi juga buat pergi ke Pantai Kuta mau hunting sunrise. Tapi setelah sampai di sana dan nunggu sekitar satu jam lebih, mataharinya gak nongol-ngongol. Kita pikir mungkin cuaca lagi mendung makanya matahari gak nongol. Akhirnya dg kecewa kita balik lagi ke homestay. Jarak dari homestay ke Pantai Kuta cukup deket, sekitar 15 menitan jalan kaki (klik di sini kalo mau tau rekomendasi homestay kita).
 Setelah itu kita cerita ke si bapak drivernya kejadian yang tadi. Si bapaknya ketawa ngedenger kita cerita. Menurut keterangan bapaknya, di Kuta gak ada sunrise! Sunrise itu nongolnya di Pantai Sanur! Kalo di Kuta itu adanya sunset. Wkwkwkwkk

09.00 : Bedugul. Tiket Rp. 10.000/orang. Kalo ada duit gocapan, liat gambar di belakangnya. Nah! Itu pura yg ada di Bedugul. Jalannya cukup jauh dan berliku. Untung gak jackpot. Hehehe

12.00 : Jati Luwih, Tabanan. Itu tempat wisata persawahan. Kece juga di sini. Gw suka liat hamparan yg ijo-ijo begini, adem. Sawah teraseringnya bagus banget. Tiket masuk Rp. 10.000/org.
13.00 : Tanah Lot. Tiket Rp. 10.000/org. Beuhh ini juga ikonnya Bali wajib dikunjungi!
16.30 : Mangrove Forest. Tiket Rp. 10.000/org. Tempat ini bagus banget, apalagi kalo buat prewedding. Tapi sayangnya cuma sebentar di sini karena waktu udah sore bgt. Horror juga klo malem-malem ada di hutan.

20.00 : Discovery Mall.
Anjriitt ini mall keren banget! Bukan mallnya sih yg keren. Kalo liat mall mah udah biasa. Tapi kalo mall yg di belakangnya ada pantai?? Ini baru eumejiing!!! :D
Menghabiskan malam terakhir di Bali sebelum besok siang take off. Hiiks. Foto-fotoan gak jelas tapi bagus sumpah. Hahahaha
Ini dia penampakan fotonya. Maaf kalo model di foto ini agak 4L4Y. Hahahaha

21.00 : Pulang ngandang.

Hari Keempat
09.00 : Menuju tempat pusat oleh-oleh "KRISNA".
11.00 : Menuju tempat pusat oleh-oleh berikutnya "JOGER"
12.30 : Menuju bandara. Pulaaaaaannngggggg........

FYI:
*Travel Bandara - Homestay : Rp. 90.000
*Rental mobil per hari Rp. 500.000 (10 jam, include driver + BBM)

Ini blog gue. Baca gak baca tetep thank you.