Thursday, May 5, 2016

Camp Nou, Mimpi di Dalam Mimpi


Tribun penonton sudah penuh. Para supporter seperti sudah tak sabar ingin menyaksikan laga klasik antara kesebelasan Barcelona kontra Real Madrid. Begitu juga denganku. Ini seperti mimpi yang menjadi kenyataan. Bisa menyaksikan laga secara langsung dan duduk di salah satu sudut stadium terbesar di Spanyol, Camp Nou.

Kick off hanya tinggal beberapa menit. Kupandangi keadaan seisi stadium. Mosaik-mosaik tanda penghormatan kepada Johan Cruyff mulai dibentangkan. Sayup-sayup terdengar suara narator yang mengumumkan bahwa pertandingan akan segera dimulai.

Seketika pemain dari kedua kesebelasan memasuki lapangan. Ah! Sepertinya sekali lagi aku harus mencubit lenganku untuk memastikan bahwa yang kulihat ini bukan mimpi. Menyaksikan dua pemain terbaik dunia, Lionel Messi dan Cristiano Ronaldo berada dalam satu lapangan. Aku terpana dan larut terbawa suasana. Hingga aku terlupa untuk mengabadikan momen langka ini dengan telepon genggam yang sedari tadi hanya teronggok di dalam saku celana.

Suasana stadium semakin emosional saat minute's silence mengenang almarhum Johan Cruyff. Mata kamera membidik tribun penonton, terdapat mosaik bertuliskan GRACIES JOHAN. Kontribusinya yang begitu besar pada dunia sepak bola, terutama bagi klub Barcelona, membuat semua orang mencintainya. Tak terkecuali bagi para pemain rivalnya, Real Madrid. Dalam big screen terlihat pula mata Sergio Ramos berkaca-kaca. Terlebih, para penggawa Barcelona, termasuk sang entrenador Luis Enrique. Sebuah laga kandang yang sempurna.

Priiiiittt... Wasit meniup pluit babak pertama. Namun, pikiranku masih tak tentu arah. Kenapa tak kunikmati saja pertandingan ini tanpa harus bertanya-tanya tak percaya mengapa aku bisa sampai ke tempat ini.

Aku semakin gelisah. Mungkin aku butuh segelas kopi untuk sedikit menenangkan pikiranku. Apakah aku harus beranjak ke luar hanya demi segelas kopi? Melewatkan sang maestro si kulit bundar menari di lapangan tanpa tepuk tanganku? Sepertinya tidak. Lebih baik kutunggu saja penjaja kopi yang biasanya menghampiri penonton yang sekedar ingin membasahi tenggorokannya. Namun, sedari tadi memang tak kulihat satu pun bapak-bapak si penjaja kopi yang biasanya terlihat berseliweran di antara riuhnya para penggila bola. Atau mungkin dia lebih memilih menikmati big match ini dibanding menjajakan kopinya pikirku. Ternyata sekali lagi kutemukan diriku di antara alam bawah sadar. Terhenyak. Ini bukan stadium yang biasa kumasuki saat di tempatku. Ini stadium kaliber dunia. Dengan pengamanan super ketat, tak mungkin ada seorang penonton yang membawa termos dan sekotak rentengan kopi bisa lolos dari penjagaan pintu masuk. Mustahil.

Tiba-tiba suara penonton semakin riuh. Aku tak menyimak. Kulihat tayangan ulang pada layar. Suarez gagal menyambut bola hasil umpan silang Neymar. Belum beruntung. Waktu masih panjang, tapi entah mengapa aku merasa seperti cenayang. Seolah bisa membaca pertandingan ini akan berakhir dengan hasil diluar ekspektasiku.

Menit ke-17. Papan skor masih menunjukkan angka 0 - 0. Wasit memberi kartu kuning kepada Sergio Ramos akibat pelanggaran yang dilakukannya terhadap Suarez di luar kotak penalti.

Messi dan Neymar memasang kuda-kuda, bersiap untuk melakukan tendangan bebas. Dan lagi. Aku seperti cenayang. Menerka bahwa Messi lah yang akan mengeksekusi tendangan bebas tersebut.

Dan benar saja! Dengan kekuatan kaki kirinya, bola meluncur tajam ke arah gawang melewati pagar betis para pemain bertahan kubu Real Madrid. Aku mengernyitkan dahi agar lensa mata terfokus pada arah meluncurnya si kulit bundar. Tak kubiarkan mata ini berkedip sebelum tahu ke mana bola akan mendarat. Apakah berhasil masuk ke dalam gawang yang dijaga Keylor Navas, yang berarti akan mengubah papan skor menjadi 1 - 0. Atau sebaliknya, bukan suatu tendangan ancaman bagi sang penjaga gawang?

"Oouuwwhh...."
Suara bergemuruh saat bola tendangannya hanya melewati mistar gawang. Namun bola tersebut masih meluncur dengan derasnya ke arah tribun penonton yang berada tepat di belakang gawang.

Tiba-tiba.

Braaakkk!!! Bola itu mendarat tepat di wajahku. Hantaman itu membuat telingaku mengiang keras. Tak lama kemudian aku merasa berada di dunia yang lain. Mataku terpejam dan aku tak bisa mengingat apa pun.

Setelah berapa lama kemudian, mataku mulai bisa kubuka sedikit demi sedikit. Kulihat kerumunan orang menatapku penuh cemas. Dan di antara mereka ada yang memanggil-manggilku.

"Bu!"
"Bu...!"
"Bangun, Bu!"

"Ibu? Kenapa di negeri matador ini mereka tak memanggilku dengan sebutan senora, atau senorita?" Pikirku dalam hati.

"Ibu ngantuk yah?"
"Semalem pasti abis nonton bola ya?"
"Ini es kopinya, Bu!"


"Hah?" Aku tersentak.

Ah! Rupanya aku tertidur pulas di dalam kelas. Kuperbaiki posisiku. Berusaha menegakkan kepala yang sejak beberapa menit lalu tergeletak di atas meja. Ya, aku ingat sekarang. Selepas aku mengajar tadi, mataku terasa berat dan secara tak sengaja aku tertidur. Sebelum tertidur itu lah aku sempat meminta salah seorang muridku untuk membelikanku segelas es kopi di kantin sekolah. Mereka seperti sudah tahu betul kebiasaanku yang suka menonton pertandingan bola. Memesan es kopi adalah ciri yang menunjukkan bahwa malam harinya aku telah menyaksikan sebuah laga sepak bola.

Kuterima es kopi yang disodorkan tadi. Aku minum seteguk untuk memulihkan ingatan dan penglihatanku yang belum sempurna. Jam istirahat hanya tinggal beberapa menit lagi. Bergegas kutinggalkan kelas. Kulangkahkan kaki menuju ruang guru dengan menggenggam segelas es kopi di tangan kananku. Selama perjalanan dari kelas menuju ruang guru, aku sambil tersenyum mengingat mimpiku tadi. Mimpi untuk melihat pertandingan secara langsung di Camp Nou ternyata masih menjadi mimpi di dalam mimpi.

Thursday, April 28, 2016

Antara Aku, Nabila Syakieb, dan Rok Hitam




Lagi pengen ber-flashback ria ceritanya. Lagi pengen nginget masa putih-abu dulu.
Ini cerita saat gw membuat pilihan setelah lulus SMP. Apakah mau lanjut ke SMA atau SMK?
Bukan pilihan yg sulit sih waktu itu, di saat temen-temen berbondong-bondong daftar ke SMA, tapi krn dari dulu gw orangnya anti-mainstream wakakakk ya kali. Gw daftarnya ke SMK dong sama temen gw berlima saat itu. Walopun yg diterima cuma tiga orang, termasuk gw. 

Kenapa sampai akhirnya gw memilih dan masuk ke SMK N 1 Serang? Alasannya simpel. Hanya krn gw pengen pake rok item. Sekali lagi gw ulangi. PENGEN PAKE ROK ITEM!!!
What??? Kenapa bisa begitu???

Karena waktu jamannya gw yg pake rok item itu cuma yg sekolah di SMK dan dipake pas lagi magang/PKL. Dan ekspektasi gw dulu terlalu tinggi. Hahahaha ini nih aib dari cerita ini. Jadi, dulu gw punya tetangga. Waktu gw masih SD, dia udah kelas 3, kebetulan sekolahnya di SMK N 1 Serang juga jurusan Sekretaris. Dia anaknya putih, tinggi semampai, rambutnya lurus panjang hitam, idungnya mancung kayak blasteran Arab gitu. Kalo kayak artis skrg mungkin dia mirip sama Nabila Syakieb. MashaAllah cantik bgt kan. Krn rumahnya di belakang rumah gw, jadi gw sering liat dia pake seragam sekolah kan. Pake atasan kemeja putih yg gak kegedean dan gak kekecilan, bawahannya rok item agak sedikit di atas lutut (yang menurut gw saat itu padu-padan yang pas antara putih dan abu hitam). Bentuk tubuhnya ramping proporsional dengan rambut hitamnya yg dibiarkan terurai rapi. Pake sepatu kets dg kaoskaki panjang sampai di bawah lutut. Ala-ala kayak si Cinta dalam film AADC gitu. Cantik sempurna gitu deh. Nah, jadi kan bayangan gw udah ke situ aja. 

Alhasil, berkat imajinasi 'sempurna' yg sudah terlanjur terbentuk di kepala gw itu, jadilah gw daftar dan masuk ke SMKN 1 Serang jurusan Akuntansi.
Dan apa yg selanjutnya terjadi pemirsa???
Hari demi hari kulalui. Hingga aku beranjak ke kelas 2 dan sudah saatnya aku magang dan pakai rok hitam. Akhirnya tiba juga saat yg dinanti. Jrengg.. Jreeennngg....
Ceritanya ini hari pertama gw magang di Kantor Walikota Cilegon. Dari semalemnya gw uda excited bgt, bukan semangat krn mau magangnya tp semangat gegara rok item itu. Begitu paginya, selese mandi dan seperti biasa pake seragam lengkap dan kali ini pake rok item. Ciyee yg bakal keliatan kayak Nabila Syakieb....
Pas ngaca depan cermin?????
Oh?!!!! Biasa aja.
Mngkin krn blm pake sepatu kali jadi ekspek gw blm jadi kenyataan.
Gw keluar siap berangkat dan pake sepatu. Giliran ngaca di kaca jendela rumah gw yg lebarnya sealaihim-gambreng itu pun gak bisa nolong gw biar keliatan kayak apa yg gw bayangin. Yauda lah mau gimana lagi. Mau dipaksa pun emang kondisi gw dg tetangga gw itu udah kontradiktif. Secara kasat mata aja, sejak kapan lu liat Nabila Syakieb rambutnya pendek cepak? Gak prnah kan. Cewek cantik identik dg rambut panjang, nah rambut gw pendek, potong cepak pula. Dia tubuhnya jenjang menjulang tinggi. Nah gw cuma berapa jengkalnya dia. Idung gw sama idung dia? *ahh sudahlah*
Trus secara pakaian. Kemeja dan rok dia tuh pas di badan. Nah gw, rok gw di bawah lutut, kemeja putih gw kegedean. Itu tuh Emak gw emang sengaja kalo beliin seragam buat anak2nya pasti yg dilebihin size-nya. Katanya biar gak beli-beli lagi, biar kepake sampe kelas 3. Buseett. 

Jadi waktu sekolah tuh gak pernah keliatan modis ala-ala cewek gimana gitu. Ya kalo pas sekolah culun aja udah. Udah seragam gede, rambut pendek cepak, mana kaoskaki kalo gw tarik ke atas, turun sendiri. Gegara karetnya kendor. Wkwkwkwkk
Itu lah sepenggal kisah antara Aku dan Nabila Syakieb Rok Hitam. Sebenernya, selain pengen masuk SMK krn alasan rok item, masih banyak sih alasan2 lain di belakangnya. Semisal, krn gw pengen yg sekalian yg jauh aja sekolahnya. Krn dulu di Kragilan belum banyak pilihan sekolahnya. Beda sama skrg udah banyak SMA/SMK/MA di mana-mana. Terus biar naek angkot dan nunggu angkot dari terminal gitu apasih absurd bgt jalan hidup gw. Tapi dari situ lah hingga akhirnya membawa gw ke kehidupan gw yg sekarang. Bertemu dg teman dan orang2 yg warbiyasahh. Dengan pengalaman yg luar biasa juga tentunya.
Sekalian ngasih tips juga nih buat anak2 (ehemmm *benerin kerah*) yg mau pada lulus dan bingung mau nentuin lanjut ke mana. SMP/MTs/PonPes atau SMA/SMK/MA, dsb. Semua sekolah itu baik asal kita menjalankannya dg baik pula. Jgn ikutin arus. Ikuti kata hati. Di balik alasan yg sederhana, terdapat ... yg besar. Isi sendiri dg kalimat yg positif. Uhuukk

Saturday, April 16, 2016

Ojek yang Tertukar

Sejak ada aplikasi ojek online ini agak terbantu juga sih. Biasanya kalo mau ke Jekardah agak risih juga kalo pergi sendirian. Mesti ada temen. Tapi beberapa bulan kemaren setelah kemunculan GoJek dsb, gak cemas kalo main ke sana sendirian. Masalahnya kalo kmn2 naik TransJakarta, sumpah demi apa sampe skrg gak ngerti2 gue. Mungkin krn faktor tinggal enaknya aja, jadi gak mudeng. Krn kalo ngebusway sama temen ya gue tinggal ngintil aja. Masuk tinggal masuk. Turun tinggal turun. Gak mau ribet liat rute atau apa. Jadi skrg ojek online jadi andalan.

Pertama kali, cuma pasang aplikasi GoJek doang. Pernah nyoba order makanan di GoFood nya juga. Dan menurut gue service-nya mayan memuaskan lah. Makanya walopun banyak aplikasi ojek online, gak prnah niat nyoba yg lain.

Sampai suatu ketika, *assik* ada situasi yg mengharuskan gue install aplikasi yg lain. Waktu kemaren balik dari Ancol, agak bingung jg mau naik apaan. Mau naik taksi tapi duit di dompet cuma cukup buat ongkos bus ke Serang. *hehe jadi malu* Dan mau pesen GoJek, si kawan belum punya aplikasi ojek online apa pun. Gue suruh dia nginstall, hp nya lobet. Udah gue pinjemin power bank buat ngecas malah kuotanya abis. Akhirnya kasih hot spot dari hp gue. Pas mau nginstall ternyata space memory hp nya gak cukup. Ya Tuhan! Salah apa kawan gue itu. Wakakakak

Mana waktu itu kondisinya malam hari, baju basah gegara naik arung jeram di Dufan, perut kosong, mata ngantuk. Gak kebayang deh kita berdua kayak gembel waktu itu. Tadinya sih kita berempat, cuma dua kawan gue udah ngibrit krn pesenan GoJeknya udah sampe duluan. Alhasil, dengan kondisi yg kepepet gitu otak gue, gue paksa mikir. Gmn caranya gue bisa pesenin ojek buat si kawan gue ini tanpa harus salah satu di antara kita nunggu. Nunggu ojeknya sampe di tempat tujuan trus pesen lagi. Krn satu akun gak bisa pesen dua ojek, kan. Mana hp si kawan gak ada harapan, gak ada gunanya lah tuh hp dia. Wakakakakk
Kepikirlah gue buat nginstall GrabBike. Walopun agak ribet. Sebenernya sih gak ribet kalo kondisi fisik kita lagi fit dan otak kita lagi jernih. Tapi dengan kondisi yg kebalikannya, malah jd sulit. Gue coba install, bikin akun lah. Udah gitu sinyal naik turun. Harus berkali-kali input kode yg dikirim dari sms. Sekali, dua kali, tiga kali, gagal. Darah mulai naik. Tapi coba tetap tenang. Jgn sampe krn urusan ojek, kuping temen gue jadi korban sumpah-serapah mulut gue. Sadis.

*singkat cerita*

Akun udah jadi. Log in - tulis tempat jemput dan tujuan - klik OK *ternyata tiba-tiba jaringan terputus* *restart hp*
Karena uda saking keselnya gagal trus booking di GrabBike ini. Mau gak mau pesen di GoJek aja. Terpaksa salah satu di antara kita harus nunggu.

Tiga menit kemudian mamang GoJeknya dateng. "Mbak Wida, ya?" "Iya. Anterin temen saya aja dulu, Pak." Kurang baik apa coba gue sbg teman. Gue ngalah biar si kawan yg dianter duluan. Krn hp dia kan sakaratul-maut, gue gak mau terjadi apa-apa seandainya dia yg suruh nunggu, di pinggir jalan sendirian. Takut ada yg mungut. Hahaha

Baru lima meteran ojek si kawan jalan, tiba-tiba gue didatengin  mamang ojek lagi. Refleks gue bilang, "Oh! Ojek yang tadi baru jalan, bukan pesenan saya ya, Mas? Pesenan saya itu Mas, ya? Dia salah ambil penumpang?" Gue pikir ojek yg dinaikin si kawan tadi adalah pesenan orang lain. Karena di jejeran situ gue liat ada beberapa orang yg kayaknya lagi nggu ojek juga. Trus si Mas nya bilang, "Yang baru jalan tadi kan GoJek, Mbak. Saya GrabBike. Mbak Wida, kan? Tadi pesen Grab, kan?" Tarik nafas. "Oh, jadi orderan saya masuk, Mas? Soalnya pas tadi mau klik OK, tiba2 gak ada sinyal. Loading lama. Kirain gak nyampe." "Nyampe koq, Mbak." "Oh, oke." Gece juga nih si Mas nya.

Akhirnya nyampe juga. Gak berapa lama setelah si kawan nyampe duluan. Dan katanya ojeknya dia sempet nyasar. Padahal di orderan gue ketik Hotel Amaris, Juanda. Malah dianternya ke Amaris yg di Thamrin. Buseettt kawan riwayat mu kini. Hahahaha

Sunday, March 27, 2016

Gara-gara Sepak Bola, Jadi Tau Apa Itu ‘Daylight Saving Time’



Seminggu yang lalu gue liat jadwal El Clasico tanggal 3 April 2016 pukul 02.30 dini hari. Pas kemaren ngecek Twitter ternyata jadwalnya berubah jadi pukul 01.30 dini hari. Pas gue cek lagi ternyata jadwal di beberapa liga di Eropa sama juga. Ada perubahan jam tayang, yakni maju satu jam lebih awal. Gue pikir ini fenomena apaan, kenapa tiba-tiba jadwal di beberapa liga tsb berubah. Setelah gue cari tau ternyata itu adalah fenomena yang namanya Daylight Saving Time.

Apa itu DST (Daylight Saving Time)?
Jadi DST itu semacam perubahan zona waktu di beberapa negara di dunia. Eropa, Amerika Utara, Kanada, sebagian Afrika, dan Australia. Berdasarkan ketentuan pemerintah setempat, beberapa negara ini merubah zona waktu menjadi maju atau mundur satu jam. Ya! Bagi negara-negara yang beriklim subtropis yang memiliki empat musim ini (kecuali Jepang, Korea, dan Cina yang tidak pernah menerapkan DST) pemerintah punya kebijakan untuk merubah zona waktu tersebut.

Tujuannya apa?
Tujuan dari negara tersebut menerapkan DST adalah untuk menyesuaikan aktivitas sehari-hari seperti sekolah, bekerja, atau aktivitas lain yang mungkin hanya bisa dilakukan saat terang. Karena berbeda dengan negara-negara yang dilalui khatulistiwa seperti kita, di mana porsi waktu siang dan malam itu lebih merata setiap hari dan setiap tahunnya. Jadi gak perlu lah penerapan DST. Walaupun beberapa negara tetangga kita seperti Malaysia dan Singapura ‘pernah’ menerapkannya.

Terus kapan DST dimulai?
DST berlaku saat memasuki musim semi dan musim panas. Dan biasanya dilakukan pada hari Minggu pukul 02.00 dini hari (namun ada beberapa negara juga yang memulainya pada pukul 01.00). Jika seharusnya setelah pukul 01.59 adalah pukul 02.00, namun pada waktu tsb langsung beranjak pukul 03.00. Dan pada saat akan kembali ke waktu normal, pukul 02.00 terjadi dua kali. Yaitu saat pukul 02.59, kembali lagi ke pukul 02.00.

Gue jadi inget, baru kemaren gue nerangin materi Revolusi Bumi di kelas 6. Kalian masih inget kan Revolusi Bumi menyebabkan apa? Perubahan musim. Betul. Di situ juga dijelasin waktu perubahan musim di bumi belahan utara dan selatan. Dan memang sinkron, apa yang gue dapet dari browsing tentang DST dengan apa yang ada di buku bahwa bulan Maret ini sudah memasuki musim semi untuk bumi di belahan utara.
Tanggal
Belahan Utara Bumi
Belahan Selatan Bumi
21 Maret – 21 Juni
21 Juni – 23 September
23 September – 22 Desember
22 Desember – 21 Maret
musim semi
musim panas
musim gugur
musim dingin
musim gugur
musim dingin
musim semi
musim panas

Penjelasan yang rada ‘ilmiah’nya cukup segini aja, karena gue nulis ini memosisikan diri bukan sebagai guru, tapi sebagai penggila bola (tapi gak sampe gila beneran). Maka dari itu, mari kita lanjutkan gilanya. Loh!
Jadi gue sekarang paham kenapa jadwal La Liga (Spanyol) berubah satu jam lebih awal. Yang biasanya perbedaan waktu antara Indonesia – Spanyol itu enam jam. Sekarang jadi lima jam. Awalnya laga El Clasico itu tanggal 2 April 2016 pukul 20.30 waktu setempat (Spanyol), di Indonesia-nya tanggal 3 April pukul 02.30 dini hari. Sekarang jadi pukul 01.30 dini hari. Oh I see. Ke mana aja gue selama ini. Hahaha

Can’t wait for El Clasico
Visca Barca!

Sunday, January 3, 2016

Mati Gaya di Taman Bunga

Udah dari kapan gue ngebet banget pengen ke Taman Bunga di Bogor. Selain pengen menikmati keindahan bunga-bunga di sana, juga pengen menghirup udara yang belum tercampur dengan nafas-nafas orang munafik *eeh out of topic Hehe
Ya, apalagi kalo bukan mau motret. Tapi sayang seribu sayang, pas udah nyampe sana mood buat motretnya ilang. Ada beberapa faktor yang bikin mood gue waktu itu tiba-tiba ilang. Pertama, rute menuju Taman Bunganya di luar dugaan gue. Dari beberapa blog yang gue baca, jarak dan lama perjalanan dari Terminal Baranangsiang ke Taman Bunga itu hanya sekitar satu jam dan dengan rute yang gak terlalu berliku (hanya sekali naik angkot). Kenyataannya, dari Baranangsiang ke Taman Bunga itu harus tiga kali naik angkot dengan jarak yang bisa dibilang jauh banget yah karena memakan waktu hampir tiga jam. Bayangin coba, mana ujan pula. Sempet keujanan di Branangsiang. Nyampe Taman Bunga jam setengah dua kurang. Dengan kondisi capek dan perut kosong. Start dari rumah jam 6 pagi, makanya belum sempet sarapan.
Jam setengah dua baru sampe, dan rencana pulang dari TKP itu jam 4-an. Apa yang bisa gue harepin dengan waktu yang sempit itu? Sedangkan itu tempat luasnya hektaran. Zzz


Selain lelah, perut kosong, dan waktu yang sempit itu, faktor kedua adalah karena gak ada modelnya buat gw foto. Biasanya kalo pergi ke mana, ada temen gue yang bisa dijadiin model sebagai objek foto selain memanfaatkan background yang ada. Waktu ke sana gue emang gak sendirian sih, tapi sama dua orang temen gue, tapi dua-duanya cowok. Ahelah kalo cowok mana bisa diandelin suruh gaya ini-itu. Lagian itu orang berdua gak fotogenic *eeh Hahaha semoga orangnya gak baca.



Sebenernya gak masalah sih fotogenic atau nggak, tapi intinya saat itu mood gue ilang. Jadi motret pun alakadarnya. Setidaknya file dan beban kamera yang gue bawa gak sia-sia. Alhasil, beberapa fotonya kurang memuaskan hasrat gue :(  Dan saking malesnya motret, muka gue yang lebih banyak nongol di frame dapet si kawan yang jepret.












Ada sih sebenernya faktor terakhir yang bikin mood gue lost gitu aja. Kalo gue bilangin, pasti dibilang gue ini adalah orang pelit. Yaitu, gara-gara HTM dan ongkos. Ya! Harga tiket masuk hasil gue searching berkisar belasan ribu (10-15ribu). Nah ini ternyata 30ribu. Ongkos pun yang kita perkirakan hanya 15ribu dari Baranangsiang ke TKP. Ternyata lebih dari itu. Kita bertiga sempet narik-ulur apakah mau tetep masuk atau nggak. Tapi kepalang udah sampe, dengan perjalanan yang cukup jauh dan melelahkan, juga diterpa hujan badai, juga yang berat di ongkos, masa iya kita balik begitu aja. Gak lucu kan. Hahaha
Kita (atau mungkin gue doang) yang berbudget oriented, senantiasa berprinsip, bepergian dengan budget serendah mungkin tapi mau kepuasan yang maksimal. Uugh..

Untung keindahan dan udara di sana bagus banget. Jadi nikmatin aja. Selama perjalanan menuju puncak pun disuguhkan dengan pemandangan yang indah, hijau dan menyejukkan mata. Worth it.

Sebagai informasi tambahan, gue tulis rute dan tarif ongkos dari Serang ke Taman Bunga Nusantara:
Terminal Pakupatan - Terminal Kp. Rambutan (Bus Prima Jasa atau Arimbi) : Rp. 28.000
Terminal Kp. Rambutan - Terminal Baranangsiang Bogor (Bus) : Rp. 10.000
Terminal Baranangsiang - Sekitar Mesjid Atta Awun (Naik Elf atau biasa disebut Kolmini) : Rp. 25.000
Mesjid Atta Awun - Pertigaan GSP Cipanas (Angkot) : Rp. 6.000
Pertigaan GSP Cipanas - Taman Bunga Nusantara (Angkot) : Rp. 5.000
Harga Tiket Masuk : Rp.30.000

Rute pulang sama. Kecuali dari Mesjid Atta Awun bisa langsung naik bus menuju Terminal Kp. Rambutan. Tanpa singgah di Terminal Baranangsiang.

Sekian.
Terima Kasih.

Motret Pake Instinct atau Teknik?

Awal tahun ada baiknya nge-review beberapa foto hasil jepretan gw sebelumnya.
Sebelum gw tau apa itu noise, apa itu fokus, terus diafragma, ISO, shutter speed, ini-itu macem-macem dan apa keterkaitan antar semuanya itu. Motret ya motret aja. Mau motret kok repot?!
Saat pertama kali gw mulai suka dengan motret-memotret, ya gak pernah mau diribetin dengan segala macem teknik memotret. Harus setting ini setting itu. Gw pikir, motret ya cukup pake instinct aja. Sudah. Begitu liat momen yang pas, atau ada spot yang tepat, biasanya naluri dan imajinasi di kepala mulai liar, dan itu harus cepat dituangkan dalam bentuk memotret tadi. Tinggal eksplor cari angle yang tepat, jepret! Selesai.

Tapi seiring berjalannya waktu, beberapa hasil jepretan kadang kurang memuaskan, seringnya tidak sesuai dengan apa yang ada di imajinasi gw. Akhirnya mau gak mau belajar donk. Mulai beli bukunya, mulai sering browsing, sering nanya juga ke kakak gw yang notabene berprofesi sebagai wedding photographer. Yaelah, gw ke mana aja hari gini gw baru belajar ke kakak gw. Tapi ya itu sih karena gw baru suka motretnya setahun belakangan ini, dan gak mau ribet pula.
Jadi, intinya sih sekarang lebih suka yang manual, kayak ada kepuasannya tersendiri gitu saat ngotak-atik settingan biar pas. Tapi ya belum jago-jago amat sih, baru tau basicnya aja. Paling dasar banget dari teknik memotret, yaitu paham segitiga eksposur. Ahelahhh masih cetek banget ilmu gw. Hahahah Tapi walopun sedikit, kalo gak pernah belajar ya gak pernah tau ya, kan? *iyain aja biar cepet*
Ini beberapa contoh, the most favorite photo yang bermetamorfosis mulai dari yang jepretnya cuma ngandelin instinct doank, sama yang 'agak neknik' (pake teknik yg gak seberapa itu).

Ini salah satu foto favorit gw yg belum neknik. Waktu itu kepuasannya karena ada pantulan lampu dari kendaraan ke aspal jalan. As you know, gw suka bgt sama kondisi aspal jalan raya yang basah terkena air hujan, trus ada pantulan cahaya lampu di dalamnya. Romantis baper-baper gimana gitu *apasih*. Dan (menurut gw) ini kesannya kayak foto di Eropa-Eropa gitu. Wkwkwk ya kali Eropa. Jakarta punya, samping Stasiun Kota.

The second one. Sekilas sih ini foto gak ada cacat. Malah bisa dibilang epic banget lah. Gw pikir juga seperti itu. Tapi setelah agak paham, ternyata itu foto noise'nya parah banget. Tapi ya udahlah.
(Lokasi: Kuala Lumpur. Talent: Devi)

Ini gak neknik, cuma pake instinct. Jepret! Ternyata hasilnya amazing! Minim noise!
(Lokasi: KLCC)

Yang ini juga, mayan kece. Kalo bisa dieksplor mungkin background kalo dibikin sedikit blurry bisa lebih kena. (Lokasi: Museum BI, Jakarta. Talent: Olyvia)

Dari sekian banyak jepretan, cuma ini yang agak oke. Duh! Sayang banget padahal lokasinya udah kece hijau-hijau. Coba kalo waktu itu udah bisa setting manual. Pasti bisa dapet banyak yg bagus. Zzzz
(Lokasi: Kebun Raya, Bogor. Talent: Kiki)

Blurry...blurry ...
(Lokasi: Jalan Raya)

Ini bulb pertama kali yang gw coba. Agak rempong kalo motret biar dapet efek bulbnya gini mesti pake tripod. Waktu itu pake monopod jadi agak goyang sedikit, kalo diperhatiian agak ngeblur.
(Lokasi: JPO Alun-alun, Serang)

Close Up! Closed enough.
(Lokasi: Jalan Asia Afrika, Bandung. Talent: Nia)

Kalo yang ini sudah agak tau teknik eksposur itu yah. Jadi foto ini udah mulai otak-atik settingan. Hasilnya yahh :D
(Lokasi: Uluwatu, Bali)

Motret spot ini beberapa kali dengan settingan yang berbeda. Hasilnya yg agak dapet efek siluetnya yg ini. Belum dapet banget sih. Tapi makin ke sini agak sedikit tau biar dapet efek siluet itu gimana. Ntar ada di foto berikutnya.
(Lokasi: Uluwatu, Bali)

Sunrise.
(Lokasi: Cirebon)

Satu lokasi dengan foto di atas. Memanfaatkan sinar matahari yang baru terbit.

I know how to make a silhouette.Yeay!
(Lokasi: KP3B, Serang. Talent: May)

Sunset.
(Lokasi: KP3B, Serang)

Reflection.
(Lokasi: Mesjid Istiqlal, Jakarta)

Uugh! Suka banget dengan angle yang ini. Seolah-olah ada di suatu tempat di mana gitu. Padahal ini lokasinya di bekas empang yang bisa dibilang nggak banget lah,  ini tempat bau amis ikan. Tapi hasilnya kayak ada di suatu negeri antah-berantah. Hahaha
(Lokasi: Karangantu, Serang. Talent: Ulie)

Masih di lokasi yang sama. Bekas empang.

(Lokasi: Hutan Mangrove STP, Banten. Talent: Ulie)

Another silhoutte.
(Lokasi: Gudang Peti Kemas, Kragilan. Talent: Nita & Dzaky)

Gak lengkap kalo yang motretnya gak ikutan eksis. Karena yang motret juga manusia, wajar kalo terkadang kita ingin ada di dalam frame foto tsb. Walopun hasilnya miring-miring begini, ya namanya juga 'The Power of Self-Timer'  gak ada ganjel yang pas buat naro kameranya. Hiiks
(Lokasi: Gudang Peti Kemas, Kragilan-Serang)

Inti dari tulisan ini adalah sederhana, kalo mau motret ya motret aja. Mau sekedar cuma ngandelin instinct doang atau pake teknik yang selangit itu pilihan, tergantung selera masing-masing. Mau motret di tempat yang emang udah epic banget atau mau di tempat yang 'nggak banget' pun terserah. Terus memotret. Salam jepret!